INFEKSI, DESINFEKSI, DAN STERILISASI
Setelah mempelajari bab infeksi, desinfeksi, dan sterilisasi, peserta didik diharapkan dapat menganalisis infeksi, mengkomunikasikan terjadinya infeksi, menerapkan desinfeksi dan sterilisasi peralatan kesehatan, serta melaksanakan tindakan desinfeksi dan sterilisasi peralatan kesehatan.
Pernahkah ananda sakit? Atau ananda pernah melihat orang-orang di sekitar ananda sakit? Mengapa manusia bisa sakit? Bagaimana cara supaya kita dan lingkungan kita bebas dari mikroorganisme yang bisa menyebabkan sakit? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kita pelajari pada materi infeksi, disinfeksi, dan sterilisasi.
Infeksi adalah suatu masalah kesehatan yang dapat disebabkan oleh organisme seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Walaupun di dalam tubuh kita ada beberapa jenis organisme yang tidak berbahaya, namun pada kondisi tertentu, organisme-organisme tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan, dan bahkan bisa berpotensi menyebabkan kematian. Ada beberapa metode standar yang bisa kita dilakukan untuk mencegah penyebaran dan perluasan infeksi, yaitu tindakan asepsis, desinfeksi, dan sterilisasi.
A. Infeksi
1. Definisi
Infeksi adalah seseorang yang mengalami sakit yang diakibatkan oleh masuknya kuman patogen atau yang disebut mikroorganisme lain ke dalam tubuh seseorang yang bisa mengakibatkan reaksi berbeda. Misalnya dari pada reaksi tersebut ialah terjadinya perubahan sekunder yang berupa inflammation yang dapat ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal, meningkatnya permeabilitas kapiler, dan terjadinya pembengkakan sel.
2. Tanda-Tanda Terjadinya Infeksi
Tanda infeksi lokal meliputi:
- Kemerahan (rubor): terlihat pada daerah yang mengalami infeksi.
- Panas (kalor): hanya terjadi pada permukaan tubuh.
- Nyeri atau sakit (dolor): terjadi rangsangan pada ujung saraf akibat perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu.
- Pembengkakan (tumor): terjadi karena adanya pengiriman cairan dan sel�sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial.
- Perubahan fungsi atau keterbatasan anggota gerak (fungio laesa).
Tanda-tanda infeksi sistemik meliputi:
- Demam
- Malaise
- Anoreksia
- Mual dan muntah
- Sakit kepala
- Diare
3. Rantai Proses Infeksi
Rantai proses infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat menyebabkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan enam unsur, yaitu:
a. Agens infeksius (mikroorganisme)
Mikroorganisme terdiri atas bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan reaksi tergantung antara lain pada jumlah mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, potensi mikroorganisme tersebut menyebabkan penyakit (patogenisitas), kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh hospes, kerentanan hospes, dan kemampuan mikroorganisme untuk hidup di dalam tubuh hospes.
b. Sumber infeksi (reservoir)
Reservoir merupakan tempat mikroorganisme hidup dan berkembang. Reservoir tersebut bisa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhanan, dan tanah.
c. Pintu keluar (portal of exit)
Pintu keluar merupakan tempat mikroorganisme meninggalkan reservoir. Contoh pintu keluar adalah:
- Saluran pernapasan, yaitu hidung atau mulut (pada saat bersin, batuk, bernapas, atau bicara).
- Saluran pencernaan, yaitu mulut (melalui saliva atau muntahan) dan anus (melalui feses).
- Saluran perkemihan, misalnya melalui meatus uretra.
- Saluran reproduksi, yaitu vagina (melalui rabas vagina) atau meatus uretra (melalui semen atau urine).
- Darah dari luka terbuka, area tusukan jarum, dan setiap kerusakan pada permukaan kulit yang utuh atau membrane mukosa.
d. Metode penyebaran
Metode penyebaran secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Penyebaran langsung
Pada penyebaran secara langsung, mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu yang lain, antara lain melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, atau percikan ludah.
2) Penyebaran tak langsung
Pada penyebaran tak langsung, mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu yang lain melalui bantuan media atau vektor.
a) Penyebaran melalui media (vehicle-borne transmission)
Media yang dapat dijadikan sarana atau perantara masuknya mikroorganisme ke dalam hospes yang rentan antara lain makanan, minuman, pakaian, peralatan makan dan minum, peralatan masak, serta peralatan bedah.
b) Penyebaran melalui vektor (vector-borne transmission)
Vektor adalah makhluk hidup, misalnya serangga dan mamalia yang dapat berperan sebagai perantara penyebaran mikroorganisme. Contoh penyebaran melalui vektor adalah penyebaran penyakit malaria oleh Plasmodium melalui gigitan nyamuk Anopheles.
3) Penyebaran melalui udara
Beberapa mikroorganisme dapat menyebar melalui udara. Penyebaran melalui udara ini umumnya dapat ditemukan pada penyebaran penyakit pada sistem pernapasan, misalnya penyakit influenza.
e. Pintu masuk (portal of entry)
Pintu masuk (portal of entry) merupakan tempat masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh hospes. Umumnya, mikroorganisme masuk ke dalam tubuh hospes melalui jalur yang sama seperti reservoir, misalnya saluran pernapasan, pencernaan, reproduksi, dan lain-lain.
f. Hospes (host)
Hospes adalah individu tempat mikroorganisme berkembang. Individu yang rentan berisiko mengalami infeksi. Ketahanan atau resistensi individu terhadap mikroorganisme patogen yang masuk ke dalam tubuh dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain usia, status gizi atau nutrisi, hereditas, status imunisasi, terapi yang dijalani, stres, dan keletihan.
Rantai Proses Infeksi |
4. Proses Infeksi
Proses infeksi dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut:
- Tahap inkubasi, merupakan masa dari terpaparnya mikroorganisme patogen yang masuk ke dalam tubuh manusia sampai timbulnya gejala.
- Tahap prodromal, merupakan periode dari mulai munculnya gejala umum hingga munculnya gejala spesifik. Pada tahap ini individu sangat infeksius, yaitu mudah menularkan atau menyebarkan mikroorganisme patogen kepada orang lain.
- Tahap sakit, merupakan periode yang ditandai dengan perkembangan gejala spesifik yang dapat menimbulkan manifestasi pada organ yang terinfeksi dan seluruh bagian tubuh.
- Tahap konvalensi, merupakan periode mulai dari penurunan gejala hingga individu sehat kembali.
5. Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi
Tubuh memiliki sistem untuk me dan system mempertahankan diri dari serangan benda atau makhluk hidup asing yang masuk ke dalamnya. Sistem pertahanan tubuh ini dapat dikelompokkan menjadi sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan sistem pertahanan tubuh spesifik.
a. Sistem pertahanan tubuh non-spesifik
- Barier anatomis, contohnya adalah kulit dan membran mukosa. Keduanya merupakan pertahanan pertama terhadap mikroorganisme.
- Barier fisiologis, contohnya adalah sekresi normal yang bersifat asam pada kulit yang dapat mencegah perkembangan mikroorganisme lainnya.
- Respons inflamasi, bersifat lokal dan dicirikan lima tanda, yaitu kemerahan, panas, nyeri, bengkak, dan kerusakan fungsi pada bagian tersebut. Secara umum, respons inflamasi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu respons vaskular dan selular, produksi eksudat, serta fase perbaikan.
b. Sistem pertahanan tubuh spesifik
Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri dari serangan patogen dan memastikan pertahanan tubuh tidak berbalik melawan jaringan tubuh itu sendiri. Respons imun spesifik berhubungan dengan dua komponen, yaitu:
1) Imunitas humoral, diperantarai oleh antibodi yang dihasilkan oleh sel limfosit B (sel B). Imunitas humoral ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Imunitas aktif, merupakan kekebalan yang didapatkan ketika tubuh menghasilkan antibodi untuk menahan antigen.
- Imunitas pasif, merupakan kekebalan yang didapat dari antibodi yang dihasilkan dari sumber lain, misalnya hewan atau manusia.
2) Imunitas selular, adalah imunitas yang melibatkan sel limfosit T (sel T).
Sel T dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Sel T pembantu (helper T cell), berfungsi membantu dan mengendalikan komponen respons imun spesifik lainnya. Fungsi utamanya adalah mengaktifkan sel B dan sel T pembunuh (killer T cell).
- Sel T pembunuh (killer T cell), berfungsi menyerang sel tubuh yang terinfeksi oleh patogen.
6. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya.
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah:
- Pasien. Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda serta alat kesehatan lainnya yang terdapat di rumah sakit.
- Petugas kesehatan. Petugas di pelayanan kesehatan dapat menularkan infeksi secara kontak langsung (bersentuhan langsung), misalnya menularkan kuman dari tangannya kepada orang lain dan alat-alat rumah sakit yang mereka sentuh.
- Pengunjung. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit ke luar rumah sakit.
- Sumber lain. Sumber lain yang dimaksud di sini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit, atau alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien, atau sebaliknya.
7. Pencegahan Infeksi
Fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah penyebaran dan perluasan infeksi nosokomial.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi yaitu:
- Aseptik, merupakan keadaan bebas dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Istilah aseptik menggambarkan segala usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme atau kuman berbahaya ke dalam tubuh yang mengakibatkan penyakit atau infeksi. Tujuannya mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme berbahaya pada permukaan benda hidup maupun benda mati sehingga alat kesehatan bebas kuman.
- Antiseptik, yaitu usahamencegah infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
- Dekontaminasi, usaha yang dilakukan supaya benda mati dapat diproses oleh petugas pembersihan medis dengan aman sebelum tindakan pencucian dilakukan. Contohnya alat kesehatan yang terpapar darah atau cairan tubuh pasien saat tindakan berlangsung.
- Pencucian, yaitu usaha menghilangkan darah, cairan tubuh, atau benda asing seperti debu atau kotoran.
- Sterilisasi, yaitu usaha menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit, dan virus) dari benda mati.
- Desinfeksi, yaitu usaha menghilangkan sejumlah besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab sakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi bisa dilakukan dengan cara merebus atau menggunakan larutan bahan kimia.
Cara yang paling efektif untuk mencegah penularan penyakit dari satu orang ke orang lain atau dari peralatan ke orang adalah dengan cara:
- Mencuci bagian tangan.
- Menggunakan handscoon, pada saat akan melakukan tindakan keperawatan, atau hendak memegang benda bekas pakai yang telah terkontaminasi kuman.
- Menggunakan antiseptik untuk membersihkan luka.
- Memroses peralatan habis pakai dengan cara dekontaminasi, cuci dan bilas, dan desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi.
- Membuang sampah dengan benar.
8. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
a. Cara Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari kotoran, mulai dari ujung jari hingga siku dan lengan atas dengan cara tertentu sesuai. Mencuci tangan mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan dan menjaga kebersihan individual. Variasi mencuci tangan adalah dengan mencuci tangan bersih dan mencuci tangan steril.
1) Mencuci tangan bersih
Tujuan
- Mengurangi mikroorganisme pada tangan dan mencegah kontaminasi.
- Mencegah atau mengurangi infeksi.
- Memelihara tekstur dan integritas kulit.
Persiapan Alat
- Air tawar yang mengalir dan memenuhi syarat kesehatan
- Bahan yang dapat membersihkan atau desinfektan
- Kain yang dapat menyerap air sebagai penyeka badan atau handuk
Prosedur Kerja
- Lepaskan semua barang yang dipakai di pada bagian tangan, misalnya seperti aksesoris, cincin, dan jam tangan.
- Basahilah seluruh jari-jari tangan, kemudian bagian lengan sampai ke siku dengan menggunakan air yang mengalir, dan juga tuangkan secukupnya sabun ke telapak tangan.
- Lakukan 7 langkah mencuci tangan, meliputi:
- Gosokkan pada kedua telapak tangan pasien ke arah depan dan belakang telapak tangan pasien.
- Gosokkan pada bagian punggung tangan pasien dan masukkanlah bagian jari pasien di sela jari-jari pasien dengan cara bergantian.
- Masukkanlah jari kanan pasien ke sela jari kiri pasien untuk melakukan pembersihan pada sela-sela jari pasien.
- Gosokkan ujung jari pasien dengan cara mengkincupkan bagian jari tangan yang kanan dan lakukanlah penggosokan pada telapak tangan yang kiri pada telapak tangan pasien. Lakukanlah langkah kerja yang serupa pula pada tangan sebelah kiri pasien.
- Gosoklah dan putarlah bagian ibu jari pasien dengan cara bergantian.
- Gosoklah bagian ujung kuku tangan kanan pasien ke bagian telapak tangan kiri pasien. Lakukanlah dengan cara bergantian.
- Gosoklah kedua pergelangan tangan dengan cara memutarkan telapak tangan ke pergelangan tangan secara bergantian.
- Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan tangan menggunakan pengering yaitu kain yang mudah menyerap air sebagai penyeka badan atau handuk dari ujung jari ke pergelangan tangan.
- Tutup keran air dengan siku.
Mencuci Tangan Bersih |
2) Mencuci Tangan Steril
Tujuan
- Mencegah infeksi silang.
- Mengurangi mikroorganisme dan mencegah kontaminasi tangan.
Persiapan Alat
- Air yang bersih dan mengalir
- Sikat yang steril
- Sabun
- Kain yang menyerap air atau lap yang kering dan steril.
Langkah-langkah Kerja
- Lepaskanlah semua aksesoris yang ada pada tangan.
- Basahi kedua tangan hingga siku di bawah air mengalir.
- Gosokkan sabun ke tangan serta lengan sampai 5 cm di atas siku.
- Sikat kuku 25 kali, dengan gerakan melingkar sikat telapak tangan dan permukaan tangan, samping, belakang, dan sela setiap jari, punggung tangan, dan lengan bagian atas, samping dan bawah lengan sebanyak 10 kali sikatan setiap area.
- Dengan tangan ditekuk, bilas seluruh tangan dari ujung jari hingga siku dalam satu kali gerakan. Biarkan air mengalir pada siku.
- Keringkan tangan dengan lap kering steril. Keringkan dengan gerakan melingkar dari ujung jari ke siku. Masing-masing bagian lap pengering digunakan untuk bagian tangan yang berbeda.
Perhatian: Jika menggunakan sarung tangan steril, tindakan menyikat dan mengeringkan tangan bisa menggunakan sikat bersih dan handuk kertas, tidak harus tindakan cuci tangan steril, karena tindakan mencuci tangan bersih yang dilakukan dua kali sesuai standar prosedurnya dapat menjamin kesterilan.
b. Cara Menggunakan Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan dengan tujuan mencegah terjadinya penularan kuman dan mengurangi risiko tertularnya penyakit.
1) Menggunakan Sarung Tangan Bersih
Perkakas dan bahan-bahan
- Handscoon
- Bedak atau talk
Langkah-langkah kerja
- Cucilah tangan.
- Jika handscoon belum dalam keadaan dibedaki, ambillah bedak dan tuangkanlah sedikit demi sedikit.
- Peganglah bagian tepi handscoon dan masukkanlah bagian jari�jari tangan anda, kemudian pastikanlah jari-jari anda masuk ke dalam handscoon tepat pada posisinya.
- Ulangilah hal yang saman pada tangan kiri.
- Sehabis dipasangkan, cakupkan kedua buah tangan.
2) Menggunakan sarung tangan steril
Alat dan Bahan
a) Sarung tangan steril
Prosedur Kerja
- Cuci tangan.
- Letakkan sarung tangan steril pada posisi lebih tinggi dari tangan.
- Buka bungkusan sarung tangan dengan hati-hati dan jaga agar tidak terkontaminasi.
- Atur agar posisi jari sarung tangan mengarah ke depan.
- Ambil sarung tangan untuk tangan dominan dengan tangan nondominan. Pegang bagian dalam sarung tangan.
- Pasang sarung tangan pada tangan dominan. Pastikan sarung tangan tidak menyentuh bagian yang tidak steril.
- Dengan menggunakan tangan steril, ambil sarung tangan berikutnya dengan memegang bagian luar sarung tangan.
- Pasang sarung tangan pada tangan nondominan dengan hati-hati dan tidak menyentuh bagian yang tidak steril.
- Pertahankan kesterilan tangan yang sudah menggunakan sarung tangan dengan siku tertekuk, telapak tangan sejajar dengan kepala atau kedua tangan mengatup. Telapak tangan harus berada di atas perut.
c. Menggunakan Masker
Tindakan untuk mencegah dan mengurangi perpindahan kuman melalui udara dan percikan ludah saat batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut.
Alat dan Bahan yang diperlukan
1) Satu buah Masker
Prosedur Kerja
- Cuci tangan.
- Tentukan terlebih dahulu bagian tepi atas dan bagian bawah dari masker (pita logam tipis di tepi atas).
- Pasangkan masker hingga menutupi bagian hidung dan bagian mulut, lalu ikatkan semua tali masker. Tali masker bagian atas diikat ke bagian kepala belakang melalui atas telinga, dan tali masker bagian bawah diikatkan ke belakang leher menutupi dagu.
- Tekan pita logam atas masker agar sesuai dengan batang hidung.
- Lepaskan masker dengan cara melepaskan terlebih dahulu semua ikatan talinya, kemudian lipatlah masker tersebut dengan permukaan bagian dalam masker saling berhadapan. Lalu buanglah masker tersebut ke tempat sampah medis.
Cara Menggunakan Masker |
B. Desinfeksi Dan Sterilisasi
1. Desinfeksi
Desinfeksi merupakan suatu tindakan mengeliminasi kuman-kuman juga patogen dan nonpatogen, tetapi tidak dapat membunuh pada jenis spora, pada peralatan medis atau permukaan susunan sel-sel khusus yang sama pada tubuh. Tindakan desinfeksi dilakukan bersama memakai bahan disinfektan atau bisa juga dengan mencuci, melumurkan, menaruh di dalam air, dan mengeringkan di bawah sinar matahari.
Tujuan dari tindakan desinfeksi adalah untuk mencegah penularan infeksi silang dan supayaperalatan siap pakai ketika akan digunakan. Keberhasilan desinfeksi ditentukan oleh faktor waktu sebelum pembersihan, komposisi zat organik, jenis dan tingkatan kontaminasi mikrorganisme, tingkat konsentrasi dan waktu terpapar mikroba, tingkat kealamian objek, suhu, dan derajat keasaman (pH).
Prosedur kerja tindakan desinfeksi adalah:
a. Desinfeksi dengan cara mencuci
- Cucilah tangan dan bersihkan tangan tersebut dengan larutan desinfektan, lalu bersihkan dengan alkohol 70%.
- Bersihkan luka yang kotor dengan cara menyiramkan luka tersebut dengan H2O2 3%, larutan betadine, cairan NaCl 0,9%, atau larutan antiseptik lainnya.
- Bersihkan kulit atau jaringan tubuh yang akan dilakukan tindakan pembedahan dengan larutan iodium tinktur 3% dan lanjutkan dengan alkohol.
- Bersihkan daerah vulva dengan larutan sublimat 1/1000, PK 1/1000, atau larutan sejenisnya.
b. Desinfeksi dengan cara mengoleskan
1) Oleskan merkurokrom pada luka atau betadine pada luka jahitan.
c. Desinfeksi dengan cara merendam
- Rendam tangan dalam larutan lisol 0,5%.
- Rendam peralatan medis atau peralatan yang telah dipakai dalam larutan lisol3-5% selama 2 jam atau larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
- Rendam alat tenun yang telah dipakai dalam larutan lisol 3-5% selama 24 jam.
d. Desinfeksi dengan cara menjemur
1) Jemurlah kasur, peralatan dari tenun, bantal, kerangka tempat tidur, pispot, dan urinal di bawah sinar matahari langsung selama dua jam untuk masing-masing permukaan.
MEMBUAT LARUTAN DESINFEKSI: Membuat larutan desinfektan adalah menyiapkan atau membuat larutan desinfektan sesuai ketentuan.
Tujuan
Menyediakan larutan desinfektan yang dapat digunakan secara tepat guna dan aman serta siap pakai.
Cara Pembuatan
a. Larutan Sabun
Larutan sabun dapat dipergunakan untuk mencuci tangan dan alat-alat medis, contohnya alat-alat medis yang terbuat dari logam, dari kaca, karet, plastik, kayu bercat, yang berlapis formika, dan alat tenun.
Alat dan Bahan
- Sabun padat/krim/cair
- Gelas ukur atau spuit
- Timbangan
- Alat pengocok
- Air panas/hangat
- Baskom/ember
Prosedur Kerja
- Membuat larutan sabun dari sabun padat atau krim. Masukkan 4 gram sabun padat atau sabun krim ke dalam ember/baskom berisi 1 liter air panas/hangat. Aduk hingga larut.
- Membuat larutan bahan yang dapat digunakan untuk mandi dari sabun yang berbentuk cair.
- Masukkan 3 cc sabun mandi cair ke dalam baskom berisikan 1 liter air panas. Setelah itu aduk hingga larut.
b. Zat Cair Pelarut Lisol dan Kreolin
Manfaat larutan lisol dan kreolin dapat dibedakan berdasarkan tingkat konsentrasinya. Larutan lisol 0,5% dapat digunakan untuk mencuci tangan. Larutan lisol 1% dapat digunakan untuk desinfektan peralatan medis. Larutan lisol 2-3% dapat digunakan untuk merendam peralatan yang digunakan oleh pasien berpenyakit menular selama 24 jam. Kreolin 0,5% dapat digunakan untuk desinfeksi lantai. Kreolin 2% dapat digunakan untuk desinfeksi kamar mandi atau WC.
Alat dan Bahan
- Larutan lisol atau kreolin
- Gelas ukur
- Baskom/ember
- Air
- Pengaduk
Prosedur Kerja
1) Membuat larutan lisol atau kreolin 0,5%
Campurkan 5 cc lisol atau kreolin ke dalam 1 liter air. Aduk hingga rata.
2) Membuat larutan lisol atau kreolin 1-3%
Campurkan lisol atau kreolin sebanyak 10 cc (untuk larutan 1%), 20 cc (untuk larutan 2%), 30 cc (untuk larutan 3%) dalam 1 liter air. Aduk hingga rata.
c. Zat Cair Pelarut Savlon
Manfaat larutan savlon juga dibedakan berdasarkan tingkat konsentrasinya. Larutan savlon 0,5% dapat digunakan untuk membersihkan tangan. Larutan savlon 1% bisa dipergunakansebagai perendam alat-alat medis.
Alat dan Bahan
- Savlon
- Gelas ukur
- Baskom/ember
- Air
- Pengaduk
Prosedur Kerja
1) Membuat larutan savlon 0,5%
Campurkan 5 cc savlon ke dalam 1 liter air. Aduk hingga rata.
2) Membuat larutan savlon 1%
Campurkan 10 cc savlon ke dalam 1 liter air. Aduk hingga rata.
d. Larutan Klorin
Larutan klorin dapat digunakan untuk desinfeksi alat medis baik peralatan yang terbuat dari logam, karet, maupun kaca. Rumus yang digunakan untuk membuat larutan klorin bergantung pada jenis sediaan klorin.
Prosedur Kerja
1) Menghasilkan larutan klorin 0,5% dari zat cair pelarut klorin bentuk tidak padat dan tidak berupa gas. Larutan klorin dengan konsentrasi 0,5% dapat dibuat dari larutan klorin 5,25%, dengan terlebih dahulu menentukan jumlah bagian air yang harus ditambahkan.
Campurkan sembilan bagian air ke dalam 1 bagian konsentrat klorin (5,25%)! Aduk hingga rata!
2) Menghasilkan zat cair pelarut klorin 0,5% dari serbuk klorin kering. Jumlah bagian air yang tepat diperlukan untuk membuat larutan klorin 0,5% dari kalsium hipoklorida yang mengandung klorin 35%.
Campurkan 14 gram bubuk klorin ke dalam 1 liter air! Aduk hingga rata!
2. Sterilisasi
Sterilisasi adalah sebuah usaha pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yang dapat dilakukan di pelayanan kesehatan melewati proses fisik ataupun kimiawi. Sterilisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang dilaksanakan untuk mengeliminasi kuman patogen dan nonpatogen, bersama spora, pada peralatan medis dengan cara merebus, mengukus (panas lembab), panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia.
Yang harus diperhatikan pada tindakan sterilisasi, adalah:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus dalam keadaan siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
- Peralatan yang disterilkan harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.
- Semua peralatan yang akan disterilkan harus ditata sedemikian rupa sehingga semua bagian alat dapat steril.
- Jangan menambahkan peralatan lain dalam sterilisator pada saat proses sterilisasi.
- Setelah selesai proses sterilisasi, gunakan korentang steril untuk mengambil alat medis untuk disimpan ke tempatnya.
- Alat steril didinginkan tanpa membuka bungkus, jika bungkusnya terbuka maka peralatan tersebut dianggap sudah tidak steril.
Jenis-jenis alat medis yang bisa disterilkan
- Berbagai alat perkakas yang dihasilkan dari logam, misalnya pinset, gunting, spekulum, dan nalvuder.
- Berbagai alat perkakas yang terbuat dari kaca, contohnya jarum suntik, dan tabung kimia.
- Berbagai alat perkakas yang terbuat dari getah pohon para yang mudah mulur dan mengerut, misalnya kateter, handscoon, selang nasogastrik, selang drainase, dan lain sebagainya.
- Peralatan vulkanisasi yang keras da hitam terbuat dari campuran karet dan belerang, misalnya kanula bagian akhir dari usus besar sebelum rektum, kanula saluran pernafasan yang menyalurkan udara dari tenggorokan ke bronkus, dan lain-lain.
- Peralatan porselen, misalnya mangkuk, piring, dan cangkir.
- Berbagai alat perkakas yang terbuat dari plastik, contohnya infus set, dan selang oksigen.
- Peralatan email, misalnya bengkok, baskom, dan lain-lain.
- Peralatan tenun, contohnya kassa, kain tampon, duk, seprei, dan sarung bantal.
Tahap Kegiatan Kerja
- Membersihkanterlebih dahulu alat-alat yang akan disterilkan.
- Berilah label pada peralatan yang dibungkus.
- Lakukan sterilisasi dengan salah satu cara berikut ini:
1) Sterilisasi dengan cara merebus
Rebus peralatan dalam air mendidih (1000C) selama 15-20 menit. Peralatan yang disterilkan dengan cara ini antara lain adalah peralatan yang terbuat dari logam, kaca, dan karet.
2) Sterilisasi dengan cara mengukus (panas lembab)
Sterilkan peralatan dengan uap panas di dalam autoklaf dengan waktu, suhu, dan tekanan tertentu. Contoh peralatan yang disterilkan dengan cara ini adalah alat tenun.
3) Sterilisasi dengan cara panas tinggi
Sterilkan peralatan dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi. Peralatan yang disterilkan dengan cara ini antara lain peralatan logam tajam dan peralatan dari kaca.
4) Sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia
Sterilkan peralatan dengan menggunakan bahan kimia, misalnya alcohol, sublimat, dan uap formalin. Peralatan yang dapat disterilkan dengan cara ini antara lain peralatan yang cepat rusak jika terkena panas, misalnya sarung tangan dan kateter.
3. Pengelolaan Peralatan Bekas Pakai
Proses pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk menurunkan penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan, dan barang�barang lain yang dipakai kembali adalah dekontaminasi, pembersihan, dan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi. Prosedur kerja dalam melakukan proses barang-barang ini sama sebagaimana yang telah digambarkan dalam bagan berikut.
Proses Desinfeksi-sterilisasi Peralatan Bekas Pakai |
Mendekontaminasi dan Membersihkan Instrumen Bedah (Logam)
Caranya:
- Setelah digunakan, rendamlah seluruh instrumen di dalam baskom yang sudah diisi zat pelarut cair klorin 0,5% rendam sekitar 10 menit untuk dekontaminasi. Basuh peralatan dan segera untuk dicuci.
- Gosoklah instrumen di bawah permukaan air untuk mencegah percikan materi infeksi. Gunakan sikat halus dan sabun cair.
- Basuh kembali menggunakan air bersih hingga sabun atau deterjen bersih.
- Keringkan dengan diangin-anginkan atau dengan lap bersih.
- Sterilisasikan instrumen dengan salah satu cara berikut:
1) DTT dengan perebusan
- Masukkan air ke dalam panci tertutup dan biarkan mendidih! Aturlah permukaan pada air dengan sedemikian rupa, sekurang�kurangnya yaitu 2,5 cm di atas peralatan, dan usahakan ketika peralatan di DTT semua terendam di dalam air!
- Setelah air mendidih, kurangi panas (kecilkan api), masukkan instrumen dan rebus instrumen selama 20 menit dengan panci tetap tertutup. Proses DTT waktu dicatat setelah air mendidih, jangan menambahkan sesuatu sesudah mulai pencatatan waktu proses DTT.
- Setelah merebus 20 menit, pindahkan instrumen dengan korentang steril.
- Pakailah instrumen segera, atau simpan dalam bak steril.
2) Sterilisator panas kering (oven)
a) Letakkan instrumen di oven! Panaskan oven hingga suhunya 1700C, letakkan peralatan kurang lebih dalam jangka waktu 1 jam dan setelah itu dinginkanlah selama 2-2,5 jam! Waktu paparan tersebut dimulai setelah dilakukan sterilisator yang mencapai pada suhu sasaran yang telah ditetapkan.
3) Sterilisasi uap tekanan tinggi (autoklaf)
a) Masukkan peralatan di dalam autoklaf yang suhunya berada pada 1210C dan tekanannya 106 kPa, kurang lebih selama 20 menit untuk perkakas yang tidak dalam keadaan yang dibungkus, 30 menit untuk peralatan yang terbungkus.
Mencuci Linen
Caranya:
- Dekontaminasi bahan linen sebelum mencuci tidak diperlukan, kecuali linen itu kotor sekali dan akan dicuci dengan tangan (berulang merendam linen dalam klorin, bahkan dengan larutan encer sekalipundapat merusak kain lebih cepat).
- Pisahkan linen yang kotor sekali dengan linen yang tidak kotor.
- Cucilah di dalam air dengan sabun yang cair untuk mengeluarkan kotoran�kotorannya. Gunakanlah air yang hangat jika ada! Tambahkanlah pemutih (misalnya 30-60 ml, kira-kira 2-3 sendok meja), serta tambahkan asam (asam yang lemah) untuk mencegah linen jadi kuning!
- Periksa kebersihan cucian. Cuci ulang kalau ternyata masih kotor atau bernoda.
- Bilas dengan air bersih.
- Keringkan di udara atau dengan mesin pengering.
- Setrika linen sebelum ditempatkan dalam rak atau dalam container untuk di simpan.
Petunjuk khusus untuk memroses instrumen, sarung tangan, berbagai alat perkakas, dan barang yang lain yang dipakai untuk memberikan layanan perawatan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Panduan untuk Memproses Instrumen, Sarung Tangan, dan Benda Lain
Teknik Membungkus |
RANGKUMAN
- Infeksi adalah suatu kondisi penyakit yang dapat disebabkan oleh masuknya kuman berbahaya ke dalam tubuh dan menimbulkan reaksi tertentu pada tubuh tersebut.
- Infeksi dapat terjadi karena adanya rantai proses infeksi.
- Infeksi dapat dicegah penularan dan penyebarannya jika kita memutus rantai proses infeksi.
- Infeksi yang didapatkan di rumah sakit ataupun di pelayanan kesehatan disebut dengan infeksi nosokomial.
- Ada beberapa istilah yang dikenal untuk menghilangkan mikroroganisme yang bisa menimbulkan infeksi, yaitu aseptik, sterilisasi, dan desinfeksi.
TUGAS MANDIRI
- Tugas untuk siswa adalah mendeskripsikan tentang konsep infeksi, desinfeksi, dan sterilisasi, serta mengidentifikasi cara-cara pencegahan infeksi.
- Tugas dikerjakan dalam bentuk laporan dengan format yang telah disepakati besama dengan guru pengampu mata pelajaran.
Penilaian Akhir Bab
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
- Jelaskan pengertian infeksi nosokomial!
- Sebutkan dan jelaskan tanda-tanda infeksi!
- Sebutkan dan jelaskan proses terjadinya infeksi!
- Jelaskan pengertian desinfeksi!
- Jelaskan pengertian sterilisasi!
Setelah ananda mempelajari bab infeksi, desinfeksi, dan sterilisasi, dapatkah ananda melakukan pemrosesan instrumen dan benda lain setelah digunakan pasien infeksi?